1. |
||||
2. |
Anggapeee - Muak
01:37
|
|||
Paksa rangkai asa tiap hembusan asap
Semua jadi biasa, mulutnya sampai berbusa
Hidup makin usang, hari makin terbuang
Tiap detik terulang hanya tuk bayar hutang
Dari tangan yang terkepal dibawa sebagai bekal
Coba jadi kekal, nafas yang tinggal sejengkal
Tertinggal di belakang jatuh dan biarkan terpenggal
Menolak mati, menolak nikmati dan amati
Pasti dalam kendali dari tali yang terikat melingkari
Lingkar jemari masih harus hadapi perih
Kendalikan kemudi yang erat memutus nadi
Kontroversi hidup dalam kontradiksi, kontradisi, kontaminasi kesadaran diri
Akal harus sehat meski hidup dalam polusi
Segmentasi alienasi diri, reality as irony
Dunia begitu indah bagi mereka yang tak tahu diri
|
||||
3. |
||||
Kehendak singkirkan kalut yang terpancang
Kendali penuh keraguan tak lagi berarah
Kembali menziarahi masa-masa berkarat
Kepada rotasi hidup: murka masih rapi terawat
Daksa yang limbung dan bermuram durja
Siapa? siapa, yang pantas aku percaya?
Berulang kali sukma hanya diludahi dusta
Apa? apa pula yang bermakna?
Kalam yang sedia lantang memaki diri
Kaki masih berdiri tak menampik sinis
Histori berupaya, hanya menoreh miris
Hidup yang lama kosong tak jua peroleh isi
Kecewanya bertandang usai jauh berangan
Lengkara jalan panjang tanpa penuh perkara
Melekat geram sebab hanya menjadi samsak
Menyusuri zaman dan persetan oportunis bangsat!
Isi peluh dengan sia-sia
Tanpa tampik jatuh di bawah aman
Opsi riskan tak singkirkan jenuh
Bak guratan murka yang tak jauh untuk di peluk
Orang berlalu lalang sembari meludah
Rangkum macam ilalang yang dilempari bebatuan
Amukkan menyeruak isi kepala yang dituang
Sembrono ambil arah meski tahu jalan buntu
Beruntun tanpa lokus diri jauhi fokus
Tak jarang terima keliru tanpa jual-beli tutur
Jalan tak pernah mulus akankah tiba tulus?
Sulit percaya waktu yang disulam rasa empedu
Residu turut dipendam hingga rata dengan tanah
Reotnya ranting lampau sekilas tampak samar
Rekat bayang yang sama tanpa bangkitkan asa
Recoki saban hari sembari hasilkan kebas
Yang tersisa kini berupa gugusan geram
Gerak sukar leluasa dan tiada bahan bakar
Sekar mempesona seperti amukan massa
Dipupuk serpihan kaca taburnya dengan percuma
Isi peluh dengan sia-sia
Tanpa tampik jatuh di bawah aman
Opsi riskan tak singkirkan jenuh
Bak guratan murka yang tak jauh untuk dipeluk
|
||||
4. |
Gosal - Raison D'être
01:34
|
|||
Batin yang bersimpuh, alasan ragu berpaut
Ranting telah rapuh, balasan guguran daun
Rakit asa yang usang di jalan tak kunjung usai
Lautan tak berujung dan daratan tak pernah sampai
Tepati janjimu bertemu, lari pun tak sempat
Dalam rekam dari sisa lara tanya kemarin
Tunggangi kudamu dan berkunjung di banyak tempat
Percuma kau agam! Yang lemah datang kemari
Lumuh sebab hilangnya genggaman tangan
Saat subuh beradu selepas malam penghabisan
Mirih di tanah tandus, marah tuk berhati lapang
Perih yang berhembus, mudah jadi pesakitan
Padan yang mana? Jika ini soal timbangan
Kutukan yang sama dibunuh malan yang menghujam
Badan tersisa dari raka, mustahil disatukan!
Dibesarkan sepi, ditinggalkan berpahat rencam
Redup yang bertambah tuk merebut sisa serkah
Tuli pada apa pun, tulis ini tuk siapapun
"Merambah pada hidup yang kau sebut berkah
Celaka bagimu, bagianmu hanya meminta ampun!"
Sabur di depan cermin tuk kabur mencuri wajah
Solekanmu yang berupa balutan sesal dan sesak
Rajin mengirim kabar pada arah yang salah
Menjaga rubuh-mu yang makin kehilangan tegak
|
||||
5. |
||||
Rencanakan babak baru
Hasilnya babak belur
Bak babat alas roban dengan cangkul
Tumpul mengkaji kaitan primbon tanpa tafsir
Dasari rasa ingin tau dengan fasik
Fasih baca mantra mengutuk takdir
Terdiri dari rintang cakap memburuk
Buaian makna tak fokus di titik nadir
Mula terdapat duri melintang acap membias
Bila siap menjadi martir dihantam martil
Sembari tenggak racun harapan utopis
Dengan pisau analisis diasah tangan terampil
Maka terangkan bentuk kegelapan terbaik
Bagi sebagian proyeksi rakitan tuk proteksi
Pro-kontra opini problematik
Proaktif dalam pikirkan dekati mati
Dalih jalan sunyi tingkatkan probabilistik
Macam pecun pada ego
Pecundang kala keos
Epilog berepisode dengan peran minor
Lakoni bak lesatan pelor
|
||||
6. |
Ill Smookz - Assassin
03:15
|
|||
Sulut api pemantik, bakar lintingan tembakau
Pacu otak merakit lirik lanjut tembakkan
Di depan mic, awal cengkeram untuk pelarian
Pasca peristiwa yang riuh dalam pikiran
Rutin lontar bars dalam misi cipta chaos
Maksimalkan bass, guncang seluruh cosmos
Atur siasat tuk remuk tengkorak Moron
Sebagai isyarat berlangsung kerja microphone
Rima Desk Collection niscaya track menagih
Persetan fashion cukup fokus hasil akhir
Lidahku bersilat, jelas diksi Tarung Derajat
Hajar kepala yang hanya pantas tampung hajat
Kontra tiap nama yang miskin di aksara
Antipati akan suara yang minim di stamina
Belaga artisan hasil dari makan teman
Ini warta penghakiman, simpan jadikan pedoman
Hunus rima Assassin
Amok di arena, sila balik tuk asah skill
Teksku adrenaline junkie
Pasung barisanmu macam bentuk simbol Iblis
Lanjut gerilya, mic jadi senjata
Hajar tiap Keparat yang brengsek dalam etika
Ini rima buatmu terkesima
Atau terbaring di atas ranjang dengan status koma
Maka beri ku lembar name list yang jadi target bidik
Berikut circle butut yang patut diobrak-abrik
Buat tercabik saat mic urai gejala
Lirik microscopic tak terlihat bak jelaga
Vandal dinding kota, tuliskan “A.C.A.B.”
Ku brandal tiap kata bak PE dalam F.T.P.
Ingat dengan baik barisanku kan amerta
Lekas langkah balik lanjut teriak “ALERTA!”
Arena semakin panas serupa Aura
Rhyme style selaras berkembang macam Amoeba
Aneka ragam kosakataku renjana
Agenda padamkan mental jadi rencana
Hunus rima Assassin
Amok di arena, sila balik tuk asah skill
Teksku adrenaline junkie
Pasung barisanmu macam bentuk simbol Iblis
|
||||
7. |
Anggapeee - Moonshot
01:58
|
Streaming and Download help
If you like Skeptical Records, you may also like:
Bandcamp Daily your guide to the world of Bandcamp