1. |
Intro
01:29
|
|||
2. |
Raison D'être
01:34
|
|||
Batin yang bersimpuh, alasan ragu berpaut
Ranting telah rapuh, balasan guguran daun
Rakit asa yang usang di jalan tak kunjung usai
Lautan tak berujung dan daratan tak pernah sampai
Tepati janjimu bertemu, lari pun tak sempat
Dalam rekam dari sisa lara tanya kemarin
Tunggangi kudamu dan berkunjung di banyak tempat
Percuma kau agam! Yang lemah datang kemari
Lumuh sebab hilangnya genggaman tangan
Saat subuh beradu selepas malam penghabisan
Mirih di tanah tandus, marah tuk berhati lapang
Perih yang berhembus, mudah jadi pesakitan
Padan yang mana? Jika ini soal timbangan
Kutukan yang sama dibunuh malan yang menghujam
Badan tersisa dari raka, mustahil disatukan!
Dibesarkan sepi, ditinggalkan berpahat rencam
Redup yang bertambah tuk merebut sisa serkah
Tuli pada apa pun, tulis ini tuk siapapun
"Merambah pada hidup yang kau sebut berkah
Celaka bagimu, bagianmu hanya meminta ampun!"
Sabur di depan cermin tuk kabur mencuri wajah
Solekanmu yang berupa balutan sesal dan sesak
Rajin mengirim kabar pada arah yang salah
Menjaga rubuh-mu yang makin kehilangan tegak
|
||||
3. |
Pirau
02:49
|
|||
Hades: "No soul return from my kingdom."
Orfeus: "Love is stronger than death."
Hades: "Haha . . . Nothing is stonger than death, little musician. Here, I'm the bold audience at theatre."
Verse 1:
Peluh yang kau susun dan tangismu yang jujur
Peluk berangsur pergi sebelum dada membusung
Satu yang kau pinta: "digantung bak Pinata"
Hancurkan tubuhmu yang berisi sesal dan cinta
Jadi tarik kembali rindu yang tertinggal
Usai menautkan diri demi hari dan tanggal
Tutup jurnal hidupmu yang masih tersimpan
Beralih ke tepian dan merasa kesepian
Kau tak perlu fokuskan diri pada korpus
Bahasamu yang pupus saingi hasrat Orfeus
Dalam kamus lengkap bahasan soal kalbu
Kabulkan tiap harap yang kabur dan kelabu
Labuhkan doa yang teruntai sepanjang jalan
Mampukah tetap utuh meskipun dibantai zaman
"Karena tinta yang hitam," tulisnya "bak azimat"
Dengan surat digenggam tak pernah salah alamat
*
21/23 dengan tanggal yang kau pintal
Tinggal satu yakni aku menunggu tanpa meminta
Ada yang lebih abadi selain Api Promothea
Sebutkan di tiap lembar, ia bernama Cinta
21/23 dengan jejak yang tertinggal
Tinggal satu yakni aku menunggu takkan menyesal
Ia lebih abadi dari Api Promothea
Hapuskan di tiap lembar, ia bernama Cinta
Verse 2:
Harapan adalah mimpi orang yang terjaga
Tahapan terlewati meski ada rasa janggal
Ganjal keraguan dengan kenangan di tangan
Tanggalkan kemauan dan tinggalkan yang ditangkap
Rajah yang kau pahat dan doa yang tersemat
Wajah yang kau lukis, tuliskan di tiap tempat
Sempat berdalih berikan ruang untuk mengalah
Sekat berganti? Haram gunakan opsi menyerah
Rapikan sakit dengan amarah melekat
Sangsikan yang pergi dan juga apa yang terlewat
Kau bangunkan diri dengan gagap di tiap pagi
Rajin berguru sepi, ukiran di tiap sisi
Dengan pirau di ujung pisau yang tumpul
Banyak risau kunjungi limbung saat terkumpul
Tertumbuk apa yang datang dan linglung pun hadir
Kau bersiap pergi dan rebut bagian dari takdir
|
||||
4. |
RA(w)FOREVER
02:18
|
|||
Aku yang menyaru memburumu di hutan
Hutang yang tak lunas, baumu penuhi ruang
Habis gelap mataku, tak ada yang bertahan
Sisa semalam ku berjalan tak ada jalan pulang
Ku sering sebut hangat itu sebagai rumah
Ketuk pintu yang rapuh ia akan terbuka
Pantaskah ku rebut cinta yang hanya singgah?
Meskipun yang kudapat hanya sakit dan luka
Jejak yang kau tinggal dan rekaman ingatan
Berupa sajak dan doa yang tak pernah terkabul
Tiap harap kubuang hingga tak tersisa
Aku hanya pantun basi, tak ada yang terhibur
Dengan hati yang tulus, perhatikan yang kutulis
Pesan yang tak sampai sekalipun tak berkesan
Jalan tak mulus nantikan terjalnya bukit
Aku merindumu tuk sampaikan semua keluh kesah
Aku yang mencari tubuhmu di balik gunung
Parau suaraku 'kan terdengar bersama mendung
Dalih ku tetap sama: menunggumu sampai mati
Suar ku tembak ke langit ku berharap diberkati
Ku rajin merakit jurnal yang kita buat
Sesekali ingin kubakar, tak sudi ku buang
Mengarsip semua kutukan yang kau titipkan
Ku sering mengarsir kenangan yang masih tersimpan
Raga yang kau bagi, berharap datangnya pagi
Rupa yang berubah, menunggu sampai beruban
Jumut di kala tak ada tempat untuk berlari
Hadirkan yang teringat dan rawat meski tak sejalan
Pastikan yang hilang tetap mengisi ruang
Sekalipun ku ulang semua akan tetap sama
Temukan dirimu yang bermimpi di ujung jurang
Bahwa jawabnya tak berganti: "tak bisa bersama"
|
||||
5. |
||||
Batin yang bersimpuh, alasan ragu berpaut
Ranting telah rapuh, balasan guguran daun
Rakit asa yang usang di jalan tak kunjung usai
Lautan tak berujung dan daratan tak pernah sampai
Tepati janjimu bertemu, lari pun tak sempat
Dalam rekam dari sisa lara tanya kemarin
Tunggangi kudamu dan berkunjung di banyak tempat
Percuma kau agam! Yang lemah datang kemari
Lumuh sebab hilangnya genggaman tangan
Saat subuh beradu selepas malam penghabisan
Mirih di tanah tandus, marah tuk berhati lapang
Perih yang berhembus, mudah jadi pesakitan
Padan yang mana? Jika ini soal timbangan
Kutukan yang sama dibunuh malan yang menghujam
Badan tersisa dari raka, mustahil disatukan!
Dibesarkan sepi, ditinggalkan berpahat rencam
Redup yang bertambah tuk merebut sisa serkah
Tuli pada apa pun, tulis ini tuk siapapun
"Merambah pada hidup yang kau sebut berkah
Celaka bagimu, bagianmu hanya meminta ampun!"
Sabur di depan cermin tuk kabur mencuri wajah
Solekanmu yang berupa balutan sesal dan sesak
Rajin mengirim kabar pada arah yang salah
Menjaga rubuh-mu yang makin kehilangan tegak
|
||||
6. |
Outro
02:00
|
Streaming and Download help
If you like raison de mourir (EP), you may also like:
Bandcamp Daily your guide to the world of Bandcamp