1. |
pisau occam (intro)
01:36
|
|||
2. |
menjaga tungku
03:15
|
|||
Ku jaga tungku api supaya tetap menyala
Jantungku yang masih berupaya menyalahkan
Pagar yang tinggi, kabar mereka yang pergi
Tegar meskipun rugi, jatuh dan diseret lagi
Ku beri jarak sebagai balasan hari kemarin
Beri satu rak penuh alasan dari labirin
Yang dirakit Doom, Madsure berikan boombap
Sebelum disusun di atas piring
Kenanganku tumbuh rapi di dalam kepala
Bentangkan tubuh dan tak pernah tunduk kepada urutan angka
Urusan prasangka buruk pada sangsaka
Buang jauh rasa hormatmu dari Garuda
Hidup dalam ketukan, mati karena kutukan
Sebelum semua umpatan beralamat kepada Tuhan
Apa yang ku butuhkan, bingung tak ada pilihan
Tak ada yang utuh dan terkubur dalam-dalam
*
Taburkan tanya arahkan panah
Jengkal pilihan mati berjarak
Hidup yang hanya merambah ranah
Takdir singkirkan dari kita yang rusak
Mencari jauh sebelum anak panah terhempas
Cara kita menaruh takdir di tepi batas
Dipanggil tak berbalas, dipenggal tak membekas
Berjalan tanpa alas, pelan saja menghelas nafas
Satu mungkin berarti yang tak mungkin berani
Yakin akan berakhir, yakni kita yang mati
Rapi dalam memilih tapi sukar 'tuk pulih
Kaki masih tertatih pasti akan berselisih
Dan fotonya tergantung di mana ku bergantung
Hidup terus berlangsung namun tetap dipasung
Maka ku bedah hasrat, melamun sebab sunyi
Caraku mengingat: cari tempat sembunyi
Ku coba buat jeda karena semua berbeda
Semua memang mudah bagi mereka yang muda
Waktunya akan tiba, apa yang kita tunggu?
Tentu kita ada 'tuk berakhir menjaga tungku
*
Taburkan tanya arahkan panah
Jengkal pilihan mati berjarak
Hidup yang hanya merambah ranah
Takdir singkirkan dari kita yang rusak
|
||||
3. |
tidak ada jalan pulang
03:06
|
|||
Hidup tanpa tujuan tak ada jalan pulang
Mencuri kebuntuan harapan yang berserakan
Mencari tumpuan meski tak miliki kemampuan
Ludahi semua tawaran yang Negara berikan
Mencoba berlari sebelum waktu terbunuh
Menghujat mentari saat fajar menabuh subuh
Teruslah menari di bawah langit yang akan runtuh
Tak pernah sadari bahwa peluh akan mengguyur tubuh
Sebelum semua tiran menjadi batu nisan
Memang amatiran memilih api sebagai pesan
Tak ada lagi kibaran bendera yang kami pasang
Dalam pusaran setiap pusara yang kami pancang
Nafas kami terbatas tersengal hampir mati
Jalan yang panas, tar-tar layu hanya mengamati
Tak ada yang pantas untuk kami hormati
Selain berseru pada tuan, “persetan Amorfati!”
*
Tak ada tokoh sentral yang dapat mengontrol
Yang monumental, menaruh pesan di dalam botol
Membakar dirinya memilih jalan pedang
Ibunya tahu ia takkan pulang saat petang 2x
Warna hitam bagi kami jadikan representasi
Mereka membumi, militer lakukan doktrinasi
Tak perlu kagumi dan tak ada limitasi.
Seperti kata Rumi, “kekosongan jiwa siap diisi”
Bertahan dan melawan di balik reruntuhan
Menolak menjadi hamba yang tunduk kepada tuan
Kami bukanlah domba dan juga bukan suruhan
Kalian tak berhak mengundi kami sebagai taruhan
Menukar mata, menipu sebagai informan
Dijebak tiap kata, mereka yang merasa dominan
Sampaikan warta yang tak pernah ada kebenaran
Otomatis tertata dikontrol aparat keamanan
Merawat Leviathan di balik persatuan
Paksa penyatuan dengan dalih undang-undang dan peraturan
kemewahan palsu, nyawa pengganti angsuran
Runcingkan cakar garuda di tengah penggusuran
*
Tak ada tokoh sentral yang dapat mengontrol
Yang monumental, menaruh pesan di dalam botol
Membakar dirinya memilih jalan pedang
Ibunya tahu ia takkan pulang saat petang 2x
|
||||
4. |
death of idols
02:36
|
|||
Ingat tiap nama yang ku sebut dalam barku
Seret kepala Ohlin lemparkan ke dalam kakus
Sibuk gunakan Camus sebagai dalih dan kamus
Aku Chhinnamasta kencingi tulisan Pamuk
Lingkar setan Co-Flow proto-apokaliptik
Deretan MC koplo yang rajin memakai lipstik
Gunakan satu kata berulang tuk rancang lirik
Panggil Herbie Hancock yang lihai telurkan “Rock It”
Rapal nama Rojas yang menyulut tribun Peru
Yang rela mati bak Bonnot demi penuhi perut
Sini bawa bekal kepala Kashmir berbadan Nehru
Sambil dengar Doom menukar bait secara urut
Macam bangsa Moro yang menjilat pantat Marcos
Kalian lebih moron tiap lihat seri “Narcos”
Terlihat lebih hustle karena rajin kutip Russell
Pastikan tiap hasil curi RZA punya sample
*
Tiap kepala terpenggal sambil tertawa
Bagi pengikutmu yang kau paksa untuk bertakwa
Tiap nama yang kalian rapal sepanjang malam
Akan berakhir membusuk di tengah makam 2x
Ku bawakan Nietzsche kotak penuh Salvarsan
Mulut pecinta alam penuh Bakeli, vice versa
Berzikir Grand Puba tiap berganti verse dan
Rima Necro masih yang fasih mencari frasa
Ku tukar kumis Fuhrer yang rapi punya Dali
Peluru menembus kepala Van Gogh pertama kali
Ini hip-hop partisan, lirik remeh pastikan
Tetap dalam plastik kan? Ikat kuat dengan tali
Aku lebih unggul tanpa perlu kutip Foucault
Kalian cuma sedengkul tiap kali pamer ruko
Kabarkan kiamat kronik bagi MC masonik
Rapalan esoterik bak coretan Junto Ito
Bertemu Dadais di belokan menuju Anubis
Bertamu di baris bar terakhir yang tentu habis
Tak ada yang matang karena kurangnya bahan baku
Bunuh tiap nama yg telah ku sebut dalam barku
*
Tiap kepala terpenggal sambil tertawa
Bagi pengikutmu yang kau paksa untuk bertakwa
Tiap nama yang kalian rapal sepanjang malam
Akan berakhir membusuk di tengah makam 2x
|
||||
5. |
ode untuk kekosongan
02:34
|
|||
Kami catat rima cacat yang tak pernah akur
Dari ayat-ayat El-P dan mendiang Tupac Shakur
Mayat penuh luka sayat menolak dikubur
Di tanah ulayat yang digusur; pesan ini kami sadur
Kami padu batu, belati dan api
Tak mengadu pada ratu: “Siap mati!”
Tetapi menunggu waktu, isak tangis meratapi
Di bawah atap penuh harap hanya dibayarkan sepi
Dan sadar lewat jeratan menepi berlayar dekati jeritan
Saudara bukan “sa pu darah” yang jadi puritan
Lalu kaitkan, itu arit, kan? Dalam parit, kan?
Atau cuma partisan bar dan nisan
Bubarkan barisan yang riskan macam arisan
Jabatan jadi jembatan, mana hambatan?
Kami tetap hamba, kan? Tak pernah dambakan
Kami tinggalkan kepalan di kepala dibalas tembakan
Kami sisa urban di pinggiran paseban
Bagai hewan kurban, hidup mati tanpa beban
Tanpa perlu asupan, saran atau masukan
Semua dipalsukan, turunkan pasukan
Kami tak suka untuk membuka muka dan luka
Bakar dupa lalu bertukar rupa
Berpura-pura tak sadar dan lupa
MC kawakan ricuh soal Aqua tapi mereka buta soal Papua
Ini bukan rima lebat macam rimba 0105, larilah kerumunan domba!
Dalam kandang yang gelap, malam kadang terlelap
Sebelum siap ditangkap atau sial kena perangkap
Komodifikasi pasar, kau modifikasi pasal
Tentang peluru nyasar yang meneror warga lokal
Lindungi pemodal, tinggal lompati AMDAL
Janji cuma di oral, dagangan mulai diobral
Waktu memajang kami dalam kurungan
Biarkan ruang memanjang dalam ukuran
Kami yang terjangkit candu sejak dalam kandungan
Tak perlu lagi dipandu; ku pecundangi turunan
Masih belum puas, raup semua rumusan
Ku gunakan banyak kuas, raib dalam gugusan
Perlu gagasan mati bahagia tanpa urusan
Habis bahasan lalu menjelma menjadi utusan
Alasan klasik: klaim rasio lompati hunusan
Tapi ada yang menarik Kantian kena tebasan
Panggil kami Hodgskin; Stirner jadi kudapan
Lemparlah dengan yakin atau pilih jatuh ke depan
Berhutang pada Udin belajar melawan zaman
Kalian memang Paladin bermental gerombolan
Serupa Odin dan Frigga menenun masa depan
Buang lampu Aladin dan rayakan kegelapan
|
||||
6. |
death of idols (remix)
02:47
|
|||
Ingat tiap nama yang ku sebut dalam barku
Seret kepala Ohlin lemparkan ke dalam kakus
Sibuk gunakan Camus sebagai dalih dan kamus
Aku Chhinnamasta kencingi tulisan Pamuk
Lingkar setan Co-Flow proto-apokaliptik
Deretan MC koplo yang rajin memakai lipstik
Gunakan satu kata berulang tuk rancang lirik
Panggil Herbie Hancock yang lihai telurkan “Rock It”
Rapal nama Rojas yang menyulut tribun Peru
Yang rela mati bak Bonnot demi penuhi perut
Sini bawa bekal kepala Kashmir berbadan Nehru
Sambil dengar Doom menukar bait secara urut
Macam bangsa Moro yang menjilat pantat Marcos
Kalian lebih moron tiap lihat seri “Narcos”
Terlihat lebih hustle karena rajin kutip Russell
Pastikan tiap hasil curi RZA punya sample
*
Tiap kepala terpenggal sambil tertawa
Bagi pengikutmu yang kau paksa untuk bertakwa
Tiap nama yang kalian rapal sepanjang malam
Akan berakhir membusuk di tengah makam 2x
Ku bawakan Nietzsche kotak penuh Salvarsan
Mulut pecinta alam penuh Bakeli, vice versa
Berzikir Grand Puba tiap berganti verse dan
Rima Necro masih yang fasih mencari frasa
Ku tukar kumis Fuhrer yang rapi punya Dali
Peluru menembus kepala Van Gogh pertama kali
Ini hip-hop partisan, lirik remeh pastikan
Tetap dalam plastik kan? Ikat kuat dengan tali
Aku lebih unggul tanpa perlu kutip Foucault
Kalian cuma sedengkul tiap kali pamer ruko
Kabarkan kiamat kronik bagi MC masonik
Rapalan esoterik bak coretan Junto Ito
Bertemu Dadais di belokan menuju Anubis
Bertamu di baris bar terakhir yang tentu habis
Tak ada yang matang karena kurangnya bahan baku
Bunuh tiap nama yg telah ku sebut dalam barku
*
Tiap kepala terpenggal sambil tertawa
Bagi pengikutmu yang kau paksa untuk bertakwa
Tiap nama yang kalian rapal sepanjang malam
Akan berakhir membusuk di tengah makam 2x
|
||||
7. |
api burkina faso (outro)
01:33
|
Streaming and Download help
If you like Death of Idols, you may also like:
Bandcamp Daily your guide to the world of Bandcamp